Rabu, 06 April 2016

Sebuah Kisah


Tertanggal 4 april 2016,  diri ini ditugaskan untuk mengawas di salah satu pondok pesantren yang lokasinya cukup jauh dari rumah. Namun,  sejauh apa pun itu tidak menjadikan diri ini merasa keberatan.  Karena diri ini yakin,  allah yang kirimkan diri ini ke sana, pasti nya ada pembelajaran baru yang ingin allah ajarkan pada diri ini. Terlebih ini kali pertamanya diri ini benar - benar menyaksikan dan terjun langsung dalam sebuah pesantren. Rasa penasaran yang sempat singgah di fikiran tentang kehidupan di sebuah pondok pesantren,  kini telah terjawab. Terima kasih allah,  atas kesempatan ini.
Yuk lanjut cerita...
Di hari pertama,  tentunya ada sambutan.  Sambutan yang bikin merinding.  Bertemu santri dan santriwati,  staf pengajar, juga para pengawas dari sekolah lain.
Yups,  merinding dengan kekentalan ilmu agama yang diterapkan di sana,  mulai dari pemberian salam,  hafalan asmaul husna,  doa2 yang di baca dengan tajwid dan berirama.  Pokokny subhanallah dech.  Bila bercermin malu aja sama diri ini,  yang pengetahuannya tak sebanyak mereka.
Staf pengajar yang berjiwa muda dan humoris. Begitu pula dengan pengawasnya. Yang gak kalah uniknya ada 2 orang ustad senior yang dakwah nya di siaran tv jambi dan diri ini tak mengenalnya.  Ntah karena diri ini yang jarang nonton di channel tersebut atau karena beliau yang belum booming.  Hehehhe ( canda koq) mungkin lebih karena diri ini ya g jarang nonton di chanel tersebut. Intinya satu kata buat hari pertama " sesuatu ya... "
Lanjut hari kedua.
Di hari kedua,  keakraban pun semakin terjalin antara satu sama lain tak hanya dengan santri & sabteiwatinya tapi juga sama teman sesama pengawasnya. Di hari ini diri dipasangkan dengan ustad senior tadi.  Karena sifat beliau easy going & open minded,  diri ini pun curcol akan sebuah penantian dan cinta dalam diam. Untaian kata pun terurai dalam beberapa kalimat.  Setelah berkeluh kesah dan meminta pandangan beliau selaku pendakwah,  tiba - tiba diri ini tak mampu membendung air mata yang jatuh basahi pipi. Terlebih ada beberapa kata beliau yang cukup mencambuk relung jiwa.  Berikut kata - kata tersebut " saya tahu betul rasa yang kamu rasakan,  rasa cinta itu anugerah dari allah.  Namun tak selamanya cinta harus memiliki.  Pahami lah setiap respon yang ia berikan.  Jangan terbuai angan2 belaka. Menurut saya,  seharusnya pria religious tahu betul fitrah seorang wanita.  Mungkin,  bisa jadi kamu bukan wanita yang ia idamkan.  Respon yang ia tunjukan merupakan tanda2 penolakan secara halus. Namun, bila kamu yakin dengan perasaan hatimu,  maka segera perjuangkan dan nyatakan.  Jangan terlalu lama memendam rasa hingga kamu secara tak sadar sudah menzholimi diri sendiri.  Tenggelam dalam kesedihan dan ketidakpastian. Hidup itu pilihan termasuk urusan jodoh. Segera lah memilih dan buat keputusan,  jangan sia - sia kan waktu mu,  bila kamu sudah mengetahui kepastian itu,  sekalipun itu mengecewakan kamu,  setidaknya kamu lega dan jangan terfokus sama dia seorang. Mungkin ada orang yang lebih baik dari pada dia yang telah allah siapkan buat kamu"
(alhasil mewek sejadi-jadiny)
Hiks... Hiks... Hiks...
Pembelajaran hari ke 2,  buka mata,  hati dan berfikirlah secara realitis. (pi tetap aj sulit)
Di hari ke 3
Hari terakhir mengawas. Dan saya dipasangkan dengan pengawas single yang memiliki keahlian bermodus nya setara dengan tingkat dewa. Manusiawi banged kalo diri ini berasa bisa terbang walaupun tak bersayap. Tapi sayangnya,  diri ini tak semudah itu membuka hati terlebih buat play boy gituan.  Sorry... Diri ku memang lemah,  pi tak selemah ababil yang dengan mudahnya terayu dalam buaian belaka mu. 
Well,  3 hari berlalu,  rasanya cepat banget berlalu. Berasa sedih karena kehilangan pertemuan yang mengesankan,  berasa jadi artis di minta foto,  pin bb plus tanda tangan yang disertai kesan selama mengawas mereka. Karakter mereka yang beranekaragam,  membuat diri ini kangen mereka.  Ada santri & santriwati yang berkarakter lugu,  exist,  suka tebar modus dan stay cool.
Pembelajaran hari ke-3
Dalam sebuah pertemuan pasti kan ada perpisahan.  Mungkin sama hal nya juga perpisahan antara diri ini dengan dia yang tak kunjung berharap pertemuan dengan diri ini.
(hiks...hiks... Hiks... )
Sabar... Sabar... Sabar...
Baiklah,  di penghujung cerita diri ini sebisa mungkin berusaha tuk istiqomah pada allah Swt,  walau terkadang sering goyah dan mewek.
Alhamdulillah nya diri ini dikaruniai mimih yang selalu bisa menenangkan hati dan ayah yang selalu bisa menguatkan princess nya.
Love allah,  mimih & ayah.
Mmuuuacchh....
Keep husnudzon to Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar